Search this blog


Home About Contact
2009-11-15

Kegagalan  


RATIH:

Kegagalan merupakan pengalaman pahit. Jadikan kegagalan sebagai cambuk menuju sukses besar.-


Pesan itu datang dari ayahanda tercinta ketika beliau mengetahui hasil IP tingkat 3 q yang "terjun payung". Pesan itu kini tertempel di dinding kamar kosku di sebelah cermin. Tiap membacanya hati q teriris-iris, tahun ini q telah gagal, dan yang paling membuatq sedih hal ini membuat kedua orang tuaq kecewa.

Hari penerimaan IP tahun itu adalah hari terburuk. Q ketakutan setengah mati ketika dosen mengumumkan ada satu orang yang tinggal kelas. Q panik ketika giliranq tiba saat pengambilan transkrip itu. Q rasanya ingin cepat lari pulang ke kosan dan mngunci pintu hanya untuk melihat keterangan dalam transkrip itu. Bahkan q mulai memikirkan kemungkinan terburuk, apa yang akan kulakukan kalau q mengulang setahun ini. Benar-benar parah! Tapi dalam hati ada harapan optimisme kalau itu tidak akan terjadi. Semua akan baik-baik saja. Q naik ke tingkat 4, dan akan segera sibuk mencari topik tugas akhir. Kemudian tahun depan q wisuda. Wah, wah, wah, benar-benar perang batin dan q takut!

Tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya, tanpa harus lari pulang dan mengunci pintu, q beranikan diri mengintip lembaran transkrip itu, dan, dan,
dan ternyata.......

Alhamdulillah bahwa 1 orang yang mengulang itu BUKAN aq!!!
Meski dengan IP yang turuuuuuun drastis, hari itu q bersyukur.

Malamnya, sesampai di kosan, aq memelototi nilai-nilaiku dan rasa kecewa mulai mendera kembali. Apalagi ketika q bandingkan antara IP-IP di tingkat 1 dan 2, sangat kelihatan betapa jeleknya nilai-nilaiq kali ini. Q tahu bahwa q harus melaporkan hasil IP q itu kepada bapak ibu di rumah. Apa yang harus kukatakan pada mereka??

Berpikir dan berpikir, q merasa apapun hasilnya orang tuaq harus tahu. Mereka orang-orang terdekatq, bagaimana mungkin q bisa merahasiakan ini atau bahkan berbohong yang bukan seharusnya? Dan q putuskan untuk mengatakannya malam itu juga.

Reaksi mereka?
Bapak yang q pikir akan marah, justru dengan sabar menasihatiq agar jangan sampai terulang lagi.
Ibu yang q kira akan sabar, terdengar sangat kecewa. Meskipun beliau tidak mengatakannya dengan jelas, tapi q menyadarinya.
Dan aq? Mataq berkaca-kaca, q sangat kecewa dengan diriq sendiri... Betapa lalainya aq pada kepercayaan yang telah mereka berikan. Menyedihkan.

Sekarang, setelah sekitar 3 bulan berlalu sejak saat itu, q sejujurnya masih kecewa, kalau bisa waktu diputar kembali, q ingin mengulang setahun ini dan memperbaiki semuanya.

PS: Lakukan yang terbaik, jika tidak untuk diri sendiri, lakukan itu untuk kedua orang tuamu...

Jakarta yang kelabu,

patah hati karena ulah sendiri

What next?

You can also bookmark this post using your favorite bookmarking service:

Related Posts by Categories



0 comments: to “ Kegagalan